Malaysia Dinilai Kalang Kabut
Malaysia Kebingungan dan Kontradiksi pernyataan yang keluar dari para
pejabat Malaysia terkait hilangnya pesawat Malaysia Airlines MH370 yang terus
berlanjut menimbulkan kesan bahwa pemerintah kalang kabut menghadapi krisis.
Penilaian itu diungkapkan Dr Wong Chin-Huat, Kepala Bagian
Analisis Sosial dan Politik di Institut Penang, lembaga pemikir milik negara
bagian Penang, Malaysia.
"Pemerintah seolah-olah ada prioritas yang lebih tinggi
daripada menyelamatkan penumpang dan juga awak kapal, yakni untuk menutupi
kekhilafan," kata Dr Wong melalui wawancara telepon dengan BBC Indonesia,
Kamis (20/3/2014).
"Memang kasus MH370 ini sesuatu yang agak luar biasa
dan boleh dimaafkan kalau berlaku sedikit kalang kabut pada peringkat
awal," ujar Wong.
Akan tetapi, kalang kabut itu berlangsung terus-menerus,
lanjutnya, dan baru berkurang lebih dari seminggu setelah hilangnya pesawat
Malaysia Airlines pada Sabtu (8/3/2014), ketika masyarakat internasional
melancarkan kecaman pedas atas cara-cara Malaysia menangani kasus ini.
Hal tersebut terjadi antara lain karena selama ini
Pemerintah Malaysia menangani krisis yang melibatkan warga setempat, bukan
masyarakat internasional.
"Sering pemerintah mengambil suatu sikap yang menekan
kritikan, menekan persoalan. Sampailah pemerintah biasa bahwa segala bencana
itu boleh diuruskan dengan cara yang meminimalkan kecaman kepada image
pemerintah," ujar Dr Wong.
Hal yang turut melindungi pemerintah dari kecaman adalah
sebagian media massa, surat kabar, radio, dan televisi yang mempunyai jangkauan
luas, dikendalikan oleh koalisi yang memerintah, Barisan Nasional.
Penilaian berbeda disampaikan Profesor Jayum Anak Jawan,
Wakil Ketua Kluster Politik, Keselamatan, dan Hal Ihwal Antarbangsa, Majelis
Profesor Negara Malaysia. Menurutnya, Pemerintah Malaysia telah berusaha
maksimal menangani krisis hilangnya pesawat Malaysia Airlines.
"Malaysia mencoba segala upaya untuk mengurus perkara
ini, tetapi ini perkara baru. Kita tidak ada pengalaman," ujar profesor di
Universitas Putra Malaysia itu.
"Cuma yang diketengahkan oleh sebagian pihak di
Malaysia dan juga di luar negara adalah kesigapan Malaysia mengurusnya. Jadi,
proses managing the crisis yang mereka suarakan."
Pada Rabu (19/3/2014), sejumlah keluarga penumpang asal
China menyerbu ruang konferensi pers di sebuah hotel dekat Bandara KLIA Kuala
Lumpur untuk menyuarakan kemarahan mereka. Namun, mereka kemudian digiring ke
ruang lain dan tidak diberi kesempatan berbicara dengan media.
Kedua analis sependapat bahwa pihak oposisi di dalam negeri
berusaha menahan diri untuk tidak terlalu mengecam tindakan pemerintah dalam
menangani krisis karena secara umum masyarakat terperanjat dengan hilangnya
pesawat maskapai penerbangan nasional itu.
Namun, kepentingan kepartaian tampaknya tetap kental di
tengah krisis sekalipun. Hal ini terbukti ketika menteri perhubungan
menyampaikan pengarahan kepada anggota parlemen dan yang diundang hanya anggota-anggota
parlemen dari koalisi Barisan Nasional.
Sumber : internasional.kompas.com
Posting Komentar