Surat Prabowo untuk Pendukungnya Usai Bertemu Jokowi
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menggelar
pertemuan tertutup dengan presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) di Rumah
Kertanegara, Kebayoran Baru, Jakarta (17/10).
Usai menggelar pertemuan, Prabowo langsung menulis surat
untuk para pendukungnya melalui akun resmi facebook-nya.
Berikut Tulisan Prabowo Kepada Para Pendukungnya :
"Sahabatku sekalian,
Saya tahu banyak diantara kalian yang merasa masih tidak
menerima, masih terluka, karena kita telah dikhianati oleh sistem yang tidak
baik. Tetapi hal ini tidak berarti bahwa kita harus menimbulkan perpecahan di
bangsa kita.
Seperti sahabat ketahui, dalam berpolitik saya selalu
mengutamakan keutuhan bangsa dan kejayaan Republik Indonesia. Saya paham bahwa
ada negara-negara tertentu yang selalu ingin Indonesia pecah. Ada yang ingin rakyat
Indonesia tetap tergantung sama mereka. Karena itulah saya ingin menjaga
persatuan nasional.
Setelah saya renungkan mendalam, saya melihat di pihak PDIP
dan koalisi mereka masih banyak patriot-patriot, anak-anak Indonesia yang juga
cinta bangsa dan negara dan rakyat. Karena itulah saya memilih untuk terus
berjuang untuk nilai-nilai yang kita pegang teguh yaitu Pancasila, UUD 1945
yang utuh dan asli, NKRI dari Sabang sampai Merauke yang kuat, yang adil, yang
sejahtera, yang berdiri di atas kaki kita sendiri dan yang ber-Bhinneka Tunggal
Ika.
Saya akan terus perjuangkan nilai-nilai itu, tetapi dalam
kerangka senantiasa menjaga jangan sampai terjadi perpecahan di antara sesama
bangsa Indonesia. Kita harus ingat bahwa pihak yang berseberangan dengan kita
dalam sebuah pertarungan politik tidak serta merta dan tidak otomatis harus
menjadi musuh kita.
Dari sejak awal saya katakan bahwa pesaing kita adalah
saudara kita juga. Memang ada pihak-pihak yang penuh kebencian, prasangka
buruk, keserakahan, kedengkian dan jiwa yang curang. Tapi ingat dari awal saya
menganjurkan kepada lingkungan saya, pendukung saya, sahabat-sahabat saya, apa
yang saya tuntut dari diri saya sendiri yaitu berjiwalah sebagai seorang
kesatria, sebagai seorang pendekar. Kalau ada pihak yang menebarkan kebencian,
fitnah, kepada kita bukan berarti kita harus balas dengan sikap yang sama.
Janganlah fitnah kita balas fitnah, janganlah kebencian kita balas kebencian.
Janganlah kita bertindak sebagai individu yang berjiwa Kurawa.
Itulah sikap saya, dan karena itulah saya memilih jalan yang
saya tempuh sekarang. Bukan berarti kita merendahkan nilai-nilai kita atau
perjuangan kita. Semakin kita merasa benar, semakin pula kita harus rela
menghormati orang lain, pihak lain. Kalau orang lain menghormati kita, kita
menghormati orang tersebut. Bahkan kalaupun mereka tidak hormat pada kita,
tidak ada salahnya kita menghormati terus.
Saya mohon semua pendukung-pendukung saya untuk memahami hal
ini. Saya mengerti sebagian dari saudara-saudara belum bisa menerima sikap
saya. Tetapi percayalah, seorang pendekar, seorang kesatria harus tegar, harus
selalu memilih jalan yang baik, jalan yang benar. Menghindari kekerasan sedapat
mungkin. Menjauhi permusuhan dan kebencian.
Sahabat, kita bukan pihak penakut. Sejak dari masa muda,
saya pernah hidup sebagai seorang prajurit Tentara Nasional Indonesia.
Berkali-kali saya terlibat dalam operasi-operasi militer, dalam kontak-kontak
tembak dengan musuh negara. Saya paham apa artinya kekerasan. Karena itulah
saya sadar bahwa seorang pemimpin sejati, pemimpin yang bertanggung jawab
selalu harus memilih jalan yang sejuk. Apalagi kalau ini adalah untuk menjaga
kepentingan, keutuhan bangsa yang kita cintai.
Sahabat, kita harus tetap militan, kita harus tetap
patriotik. Kita harus menyiapkan diri untuk menghadapi segala kemungkinan.
Kalau kita hormat bukan berarti kita menyerah. Kalau kita sopan bukan berarti
kita meninggalkan perjuangan kita. Tapi kita harus selalu berusaha mencari
jalan yang damai, jalan yang baik. Kita harus selalu mengutamakan persaudaraan
dan persahabatan.
Kalau semua usaha kita, pada saatnya nanti tetap tidak
membuahkan sebuah hasil yang sesuai dengan kepercayaan dan cita-cita kita, dan
keyakinan kita akan kepentingan bangsa dan rakyat, kalau bangsa Indonesia
terancam, kalau kekayaan bangsa terus dirampok oleh bangsa lain, kalau kita
sudah sekuat tenaga menciptakan kesadaran nasional, sebagai patriot dan
pendekar bangsa kita harus tidak ragu-ragu mengambil tindakan yang dituntut
oleh keadaan.
Saya sekali lagi menganjurkan kepada sahabat saya dan
pendukung saya, marilah kita terus tegar. Marilah kita memperkuat diri, marilah
kita menambah barisan kita. Yakinkan lingkungan kita semuanya, bangkitkan
kesadaran nasional kita. Dulu saat Bung Karno bersama para pendiri bangsa
memperjuangkan kemerdekaan, mereka pun berpuluh tahun harus membangun kesadaran
nasional. Sekarang pun kita harus membangun kesadaran nasional, bahwa kita saat
ini sedang diancam oleh bangsa-bangsa asing yang selalu ingin Indonesia pecah,
Indonesia lemah dan selalu tergantung.
Dalam pertemuan saya dengan saudara Joko Widodo tadi saya
sampaikan, bahwa saya merasakan di dalam hati sanubari Joko Widodo yang paling
dalam beliau adalah seorang patriot. Beliau ingin yang terbaik untuk Indonesia.
Oleh karena itu saya memilih untuk membangun silaturahmi dengan beliau, sesuai
dengan ajaran-ajaran budaya nenek moyang kita.
Apalagi agama Islam yang saya anut, mengajarkan saya bahwa menjalin
dan memelihara silaturahmi, persahabatan dan persaudaraan jauh lebih mulia dan
bermanfaat daripada meneruskan prasangka buruk, rasa curiga, apalagi terjerat
dalam kebencian dan permusuhan. Ibarat api tidak bisa dipadamkan dengan api,
maka kebencian dan fitnah mari kita balas dengan berbudi luhur, berjiwa
kesatria. Semakin difitnah, semakin difitnah, semakin dihina, kita akan semakin
tegar.
Saya minta sahabat sekalian janganlah ragu kepada
pilihan-pilihan saya. Janganlah mendorong saya untuk mengambil sikap yang tidak
sesuai dengan jiwa saya sebagai ksatria. Janganlah mengira saya akan surut
dalam perjuangan saya.
Saya juga telah sampaikan kepada saudara Joko Widodo bahwa
perjuangan saya adalah membela UUD 1945 yang lahir 18 Agustus 1945, membela keutuhan
NKRI, membangun suatu bangsa ber-Bhinneka Tunggal Ika yang aman, damai, kuat,
adil, makmur dan sejahtera. Beliaupun menyatakan bahwa itu juga pegangan
beliau. Saya juga katakan, kalau nanti dalam perjalanan Pemerintahan beliau ada
kebijakan-kebijakan yang kurang menguntungkan rakyat, apalagi melanggar
Pancasila dan UUD 1945 maka kami tidak akan ragu-ragu menyampaikan kritik
kepada Pemerintah. Beliau menyambut ini dengan baik, dan beliau juga
menyampaikan sewaktu-waktu akan mengundang saya untuk meminta pendapat dan
masukan dari saya.
Terima kasih, saudara-saudara. Sahabatku dimanapun berada.
Wassalamualaikum.
Salam Indonesia Raya,
Posting Komentar